Sabtu, 14 Januari 2012

POTRET MAHASISWA


POTRET BOBROKNYA PRILAKU MAHASISWA


Perilaku kelompok atau saksi rusuh massa memiliki ciri khas serta memiliki dinamika tersendiri sehingga hampir selalu berakibat pada perilaku anarkis dalam waktu sekejap. Artinya pelaku tawuran selalu dihadapkan pada situasi yang fluktuatif dan situasi di lapangan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi tidak terkendali.


Perangkat sosial yang lemah. Dan munculnya kelompok-kelompok yang kemudian dipertegang oleh isu yang bekembang akan menumbuhkan keyakinan bersama. Apabila hal ini dipicu oleh faktor, keadaan dan peristiwa tertentu sangat potensial dalam melahirkan aksi atau gerakan massa. 
Beberapa hari kemarin, dua fakultas di Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar tawuran dan membakar fasilitas kampus. Aksi tawuran di kalangan mahasiswa jelas menjadi potret gelap dunia pendidikan. Betapa mengenaskan, menyedihkan dan memprihatinkan.
Betapa tidak. Mahasiswa sebagai orang yang terdidik justru terlibat dalam sebuah tindakan dan perilaku yang tidak beradab: tawuran. Kejadian ini memang bukanlah yang pertama, melainkan sudah yang kesekian kali. Benarkah mahasiswa adalah kaum intelektual? Ada apa dengan mahasiswa?
Pengalaman penulis ketika bertemu dengan mahasiswa di luar Sulawesi selalu bertanya, Mahasiswa Makassar kok suka tawuran, kasar, anarkis? Entah apa yang terjadi dengan mahasiswa yang ada di Makassar. Citra mahasiswa Makassar seakan terkesan negatif, mau tidak mau sampai detik ini kita harus menerima kenyataan itu. 
Jika berbicara masalah tawuran yang kerap terjadi, hal tersebut merupakan gambaran tidak tersalurkannya proses kognitif mereka ke dalam suatu kegiatan yang positif. Hingga akhirnya proses perilaku mereka cenderung kepada aksi tawuran dikarenakan proses kognitif yang tidak terarah secara baik. Paradigma berpikir terkadang tersesat pada ruang yang tak seharusnya dimasuki. 
Perilaku kelompok atau saksi rusuh massa memiliki ciri khas serta memiliki dinamika tersendiri sehingga hampir selalu berakibat pada perilaku anarkis dalam waktu sekejap. Artinya pelaku tawuran selalu dihadapkan pada situasi yang fluktuatif dan situasi di lapangan sewaktu-waktu dapat berubah menjadi tidak terkendali.
               
Penyebab Tawuran


Seringkali sebab musabab dari terjadinya kerusuhan dan tawuran antar mahasiswa selama ini justru berasal dari hal-hal yang sederhana atau sepele yang seharusnya dapat diselesaikan secara bijak dan rasional bagi calon-calon intelektual. Persoalan, mahasiswa saling ejek pada pertandingan olah raga, saling senggol, saling berebut hati lawan jenis, persaingan ini dan itu yang tidak ada hubungannya dengan perilaku akademis dan civilized. 
Oleh karenanya ini patut disayangkan mengapa bisa begini. Banyak hal yang semestinya dapat dilakukan oleh para mahasiswa. Justru di saat ini banyak kasus yang mengoyak hati nurani kita sebagai manusia tengah menyeruak. Ini menuntut kepekaan kita selaku orang yang konon katanya civilized, beradab, terdidik.

Ada teori psikologi yang menyatakan bahwa padasarnya manusia adalah makhluk pencari 


Moral Rendah
Terjadinya tawuran dikampus-kampus selama ini dapat dijadikan sebagai bukti bahwa masih kurangnya kesadaran moral mahasiswa tersebut. Bahkan dengan ikut tawuran tanpa disadarinya mereka telah melupakan statusnya sebagai seorang calon intelektual bangsa. Karena moralnya rendah makanya mudah terpancing untuk buat onar. Miris rasanya, ketika para pemegang masa depan hanya menjebak paradigma berpikirnya pada ruang sempit. 
Mahasiswa kini kehilangan identitas diri karena tidak mampu mengedepankan intelektualitas dalam problem solving. Sebagai insan akademis, mahasiswa yang terlibat tawuran sebaiknya introspeksi diri apakah dengan perilaku yang mengedepankan kekerasan layak untuk disebut mahasiswa. 
Mahasiswa yang dalam tataran sosial kemasyarakatan dianggap sebagai figur intelektualis bangsa, di mana akan selalu mengedepankan unsur dialogis dan rasioanalis dalam setiap pemecahan masalah, ternyata tidak mempunyai cukup kemampuan untuk menopang kemerosotan moral bangsa secara keseluruhan. 
Fakta empiris tentang realitas tawuran antar mahasiswa, baik dalam lingkup satu kampus maupun dengan kampus lain, telah cukup memberikan bukti ironis atas kebobrokan moralitas dari sebuah komunitas yang menamakan dirinya sebagai intelektualis ini.
Ditengah keterpurukan bangsa dengan berbagai masalah yang silih berganti, mahasiswa dituntut untuk memberikan sumbangsih positif. Pemecahan masalah yang arif mampu menjadi hadiah dalam menghadapi situasi sulit bangsa ini. Ide-ide yang kreatif nan kritis menjadi senjata yang ampuh dalam menentukan nasib bangsa ini. Akan tetapi, tawuran yang menjadi perilaku favorit dalam memecahkan persoalan sepele seakan mengubur harapan besar masyarakat. Benarkah mahasiswa adalah penerus? Apakah penerus menuju gerbang kehancuran?
Ben Anderson dalam bukunya Revolusi Pemuda,  peran pemuda yang sangat besar dalam menentukan masa depan sebuah bangsa. Dimana dalam peran ini mahasiswa menjadi bagian di dalamnya. Selain itu adanya pepatah Arab yang berbunyi Syubbanul yaum rijaalul ghoddi (pemuda sekarang adalah pemimpin masa depan).***







                    Sumber : Tribun Timur






Tidak ada komentar:

Posting Komentar